Mau Investasi Mata Uang Digital? Kenali Dulu Keunggulan dan Kekurangan Blockchain!
Transaksi sudah menjadi aktivitas yang sangat lumrah dalam kehidupan kita. Penjual pun membayar, pembeli bisa menjual, penjual membeli, dan seterusnya. Hal itu sudah terjadi sekian lamanya. Sering pula kita bertransaksi melalui kartu-kartu yang merupakan fasilitas dari bank. Entah itu kartu ATM, kartu kredit dan kartu lainnya.
Dalam hal tersebut, kita tetap membutuhkan pihak ketiga yakni bank itu sendiri. Ada orang-orang yang menjadi pengantar atau penyalur dalam setiap transaksinya. Sistem transfer merupakan hasil dari pekerjaan pihak ketiga yakni pihak yang anda tumpukan rasa percaya. Beberapa kartu kredit seperti MasterCard, Visa atau American Express sudah tentu salah satunya memungkinkan untuk dimiliki banyak orang, termasuk Anda.
Model transaksi macam ini masih eksis hingga sekarang. Sekalipun banyak terjadi masalah yang mengakibatkan nasabah maupun pihak bank mengalami kerugian besar. Namun, tetap saja, alternatif ini dianggap paling efisien dan mudah. Selain itu, faktor kecepatan pun jadi alasan utama penggunanya. Dianggap tidak ribet dan praktis. Membayar beberapa ribu rupiah sebagai biaya admin kepada pihak ketiga atau bank tidak masalah.
Namun, beberapa mungkin merasa masih ada cara lain yang lebih efektif ketimbang metode transaksi tersebut yakni dengan menghilangkan pihak ketiga. Sehingga transaksi murni hanya dilakukan oleh dua pihak yang saling berkeperluan saja. Jika Anda pernah mendengar istilah Blockchain, maka itulah jawabannya. Pada 2009 lalu pengembangan teknologi yang berbasis online ini diperkenalkan ke publik. Penggunaannya mengandalkan mata uang biasa dengan sistem transfer, artinya masih melibatkan bank untuk transaksi awal sebelum menukarkan uang yang dimiliki menjadi mata uang digital dengan kurs dolar atau dapat berupa mata uang digital Bitcoin dan Ethereum juga jenis mata uang digital lainnya.
Istilah kriptografi mungkin belum begitu populer di kalangan banyak orang. Namun, bagi mereka yang sering berselancar di dunia internet dan mencari berbagai referensi bisnis digital mungkin sempat menemukan istilah ini. Sistem ini membentuk jaringan yang terkotak dalam blok-blok yang aman itulah mengapa ia disebut dengan istilah Blockchain.
Sebuah transaksi yang berlangsung akan masuk ke dalam sebuah blok berisi hash cryptocurrency itu sendiri. Lalu jaringan akan dibentuk dengan perolehan data blok sebelumnya dan menjadi compact string untuk mendeteksi bila terjadi sabotase sistem.
Hal itu memungkinkan tiap-tiap blok terhindar dari verifikasi nomor seri seperti kebanyakan transaksi yang melibatkan pihak ketiga. Dan tentu saja jaringan atau rantai ini tidak akan tumpang tindih dan mengakibatkan berbagai masalah pada data. Pengenalan Blockchain dianggap tepat karena bisa menjadi solusi transaksi dan mengatasi masalah yang sering terjadi selama ini. Alhasil, peranan mata uang digital membuat kita semakin mudah bertransaksi.
Berdasarkan pengalaman pribadi, beberapa platform yang menjual mata uang digital dapat dimanfaatkan untuk menukar uang rupiah menjadi dollar, yang pada saat itu kepentingannya adalah untuk membeli aplikasi. Mungkin sedikit rumit dengan harus mentransfer sejumlah uang dari rekening pribadi ke rekening penjual, kemudian setelah penukaran berhasil harus mentransfer lagi ke aplikasi paypal dan melakukan pembelian aplikasi. Ketika input data soal alamat akun paypal pun harus hati-hati, karna kesalahan kecil dapat mengakibatkan transaksi gagal dan harus mengajukan refund.
Tahun ke tahun mulai banyak perusahaan Blockchain, salah satunya adalah R3 yang mulai memaksimalkan teknologi Blockchain Esque di dunia perbankan. Beberapa yang mendukung pengembangan ini di antaranya HSBC, Bank of America dan juga Intel. Linux Foundation pun akhirnya turut serta dalam dunia Blockchain dengan melakukan kolaborasi open-source.
Di masa mendatang bukan tidak mungkin pengembangan mata uang digital akan semakin melejit. Ditambah masyarakat yang sudah melek teknologi akan lebih mudah lagi untuk mengakses pengguna teknologi ini. Sistem yang sederhana dan menjamin tentu menjadi alasan mengapa penggunanya semakin meningkat. Karena beberapa urusan memang memerlukan aspek kemudahan seperti apa yang disediakan oleh platform-platform Blockchain ini. Di antaranya ya seperti contoh tadi, untuk membeli sebuah aplikasi.
Belum lagi jika harus membahas soal investasi. Bitcoin hingga saat ini masih menjadi penguasa rata-rata mata uang kriptografi. Meski persaingan semakin ketat, namun mereka yang ada di dalamnya masih terus menetap dan menunggu peruntungannya, bisa menjual Bitcoin dengan harga setinggi-tingginya. Penjualan ini bersifat terus memutar.
R3 telah melakukan konsorsium terhadap beberapa perusahaan teknologi, juga perusahaan finansial. Akhirnya penggunaan sistem ini terus mengalami peningkatan. Rusia dan Australia tengah bersaing meneliti pengembangan ini dalam dunia industri yang ada.
Bahkan Wall Street tak ketinggalan membangun sistem mereka dengan memanfaatkan Blockchain dimana kita tahu bahwa mereka adalah pusat finansial di dunia. Pengembangan terus dilakukan, seiring dengan hal itu ada beberapa keunggulan berikut dengan kekurangan yang perlu dipertimbangkan sebelum memakai sistem atau berinvestasi di dalamnya.
Kelebihan
Sebagai sistem yang mengangkat model desentralisasi sudah tentu tak ada pihak yang bisa menganulir sistem Blockchain. Termasuk kebijakan pemerintah. Jadi sistem ini murni memfasilitasi dua pihak yang bertransaksi dan berkepentingan. Sebutlah sebagai sistem peer to peer yang secara langsung terdeteksi masing-masing tanpa harus menunggu laporan pihak ketiga dalam peredaran mata uang ini. Oleh karena itu, mereka yang mahir berteknologi dan percaya bahwa sistem ini menjamin keamanan transaksi mereka dengan kesediaannya bertransaksi menggunakan sistem ini. Bahkan sebagian terjun dan melakukan investasi.
Kekurangan
Selebih apapun, sebuah sistem buatan manusia selalu memiliki celah kekurangan. Bahwa adanya kenyataan transaksi tidak dapat dicancel setelah dilakukan adalah benar. Yang ada hanya proses refund dan itu tetap membutuhkan waktu, itupun jika akun tujuan tidak terdeteksi. Masalahnya sedikit saja kesalahan input data alamat orang yang dituju untuk melakukan transaksi maka jika transferan berhasil berpindah dan masuk ke dalam akun seseorang yang salah tadi, uang tidak akan bisa dikembalikan. Maka tingkat terjadinya kerugian pun tetap ada.
Soal alamat belum usai, jika salah memasukkan angka nominal entah itu kelebihan atau kekurangan pun jelas menjadi masalah. Dampaknya sudah fatal dan tidak dapat diutak atik lagi. Pihak ketiga adalah rujukan utama jika terjadi masalah, dan sistem kartu kredit memfasilitasi jaminan tersebut. Namun sistem Blockchain menjadikan diri kita sendiri sebagai peminimalisir kesalahan.
Sama seperti contoh pengalaman sebelumnya, bahwa untuk melakukan transaksi yang berupa remitansi masih harus ada proses konversi mata uang, sehingga membutuhkan waktu lagi. Potensi untuk melakukan kesalahan juga semakin meningkat dengan adanya transaksi yang dilakukan beberapa kali hanya untuk satu tujuan saja. Maka memang harus betul-betul hati-hati.
Kekurangan memang tidak bisa dihindari, sebagai sistem yang bertumpu pada Internet of Things, Blockchain memang fokus pada transaksi mikro namun, seiring berjalannya waktu yang disertai dengan penambatan teknologi yang cepat, sepertinya pengembangan Blockchain masih dapat diteruskan agar bisa memberikan dampak positif yang maksimal.
Informasi di atas hanya merupakan gambaran sederhana. Sesungguhnya seluk beluk Blockchain masih sangat luas, dan diperlukan referensi pengetahuan lebih untuk bisa benar-benar terjun ke dunia investasi kriptografi.